Dampak sukuk bagi asuransi
Islamic Insurance Society (IIS) memprediksi dampak positif penerbitan sukuk (obligasi syariah) pemerintah baru mulai terasa tahun depan. Hal itu karena berbagai proyek infrastruktur yang dibiayai oleh instrumen investasi syariah itu baru mulai berjalan pada periode akhir tahun atau awal tahun depan. ”Saya kira dampak positif penerbitan sukuk kepada industri asuransi syariah baru terasa tahun depan,” kata Ketua Umum IIS, Syakir Sula, Rabu, (21/5).
Syakir menyebutkan, penerbitan sukuk pemerintah secara otomatis akan mendorong pertumbuhan industri asuransi syariah Indonesia. Hal itu karena berbagai proyek dibiayai wajib menggunakan asuransi berprinsip syariah. ”Ini karena sukuk merupakan instrumen investasi syariah. Jadi seluruh proses harus dilakukan sesuai dengan prinsip syariah,” katanya.
Menurut Syakir, sukuk akan berdampak signifikan bagi asuransi syariah. Nilai sukuk yang direncanakan terbit oleh pemerintah mencapai sekitar Rp 15 triliun. Karena itu, premi yang bisa dijaring oleh asuransi syariah melalui sukuk itu cukup besar. ”Tarif premi bagi sektor infrastruktur memang beda-beda. Tapi, saya perkirakan premi yang bisa dijaring sekitar satu persen dari nilai sukuk yang terbit,” katanya.
Asuransi kerugian syariah diprediksi merasakan terlebih dahulu dampak positif penerbitan sukuk.. Sedangkan, asuransi keluarga baru merasakan dampak itu pada tahun kedua usai sukuk terbit. Hal itu karena sukuk diterbitkan untuk membiayai sektor infrastruktur yang menjadi obyek perlindungan risiko asuransi kerugian syariah.
Asuransi Syariah Perlu Antisipasi Menurut Syakir, industri asuransi syariah perlu mulai mengantisipasi banyaknya proyek yang dibiayai oleh sukuk. Hal itu agar kualitas layanan perlindungan risiko yang diberikan dapat terjaga dan tidak mengecewakan. Antisipasi dilakukan dengan meningkatkan kualitas manajemen layanan asuransi. Selain itu, peningkatan modal juga diperlukan.
Saat ini, jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah masih belum mencukupi untuk menangani perlindungan risiko berbagai proyek dibiayai sukuk. Hingga kini, perkembangan industri jauh lebih cepat dibandingkan peningkatan jumlah SDM asuransi syariah berkualitas.
”Semua lembaga keuangan syariah termasuk asuransi syariah harus mengantisipasi SDM karena saya kira dengan booming-nya proyek infrastruktur, kondisi SDM saat ini tidak cukup,” kata Syakir.
Saat ini, terdapat sekitar 6.000 tenaga SDM asuransi syariah. Jumlah itu cukup sedikit dibandingkan kebutuhan SDM asuransi syariah yang saat ini sebanyak 10 ribu jiwa.
Mengenai permodalan, Syakir mengaku kondisi indikator asuransi syariah saat ini tidak masalah. Hal itu karena dalam bisnis asuransi, perusahaan atau divisi syariah dimungkinkan untuk melakukan penutupan risiko dengan modal terbatas.
Asuransi Syariah Perlu Antisipasi Menurut Syakir, industri asuransi syariah perlu mulai mengantisipasi banyaknya proyek yang dibiayai oleh sukuk. Hal itu agar kualitas layanan perlindungan risiko yang diberikan dapat terjaga dan tidak mengecewakan. Antisipasi dilakukan dengan meningkatkan kualitas manajemen layanan asuransi. Selain itu, peningkatan modal juga diperlukan.
Saat ini, jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) asuransi syariah masih belum mencukupi untuk menangani perlindungan risiko berbagai proyek dibiayai sukuk. Hingga kini, perkembangan industri jauh lebih cepat dibandingkan peningkatan jumlah SDM asuransi syariah berkualitas.
”Semua lembaga keuangan syariah termasuk asuransi syariah harus mengantisipasi SDM karena saya kira dengan booming-nya proyek infrastruktur, kondisi SDM saat ini tidak cukup,” kata Syakir.
Saat ini, terdapat sekitar 6.000 tenaga SDM asuransi syariah. Jumlah itu cukup sedikit dibandingkan kebutuhan SDM asuransi syariah yang saat ini sebanyak 10 ribu jiwa.
Mengenai permodalan, Syakir mengaku kondisi indikator asuransi syariah saat ini tidak masalah. Hal itu karena dalam bisnis asuransi, perusahaan atau divisi syariah dimungkinkan untuk melakukan penutupan risiko dengan modal terbatas.
Direktur Asuransi Kerugian Bumiputera Muda, Julian Noor juga memproyeksi dampak positif penerbitan sukuk pemerintah bisa mendorong perkembangan industri asuransi syariah tahun depan. Menurutnya, usai sukuk terbit pada semester kedua tahun ini, pembiayaan sejumlah proyek perlu melalui berbagai proses penyiapan teknis. Salah satunya adalah proses pengadaan barang dan jasa. ”Karena itu, saya juga memperkirakan proyek baru bisa berjalan tahun depan dan saat itu juga asuransi syariah baru terkena dampak positif,” katanya.
Julian menyebutkan, asuransi kerugian syariah memang akan mendapatkan dampak positif terlebih dahulu dibandingkan asuransi jiwa syariah. Hal itu karena sebagian besar proyek dibiayai sukuk adalah infrastrutktur. Menurut Julian, Bumida Syariah siap masuk dalam memberikan perlindungan risiko bagi berbagai proyek infrastruktur dibiayai sukuk. Bahkan, bila diperlukan, perusaan itu bisa meningkatkan modal divisi syariahnya.
Saat ini, modal Bumida Syariah tercatat sebesar Rp 10 miliar. Divisi itu memiliki kemampuan penutupan per risiko antara Rp 35 miliar hingga Rp 75 miliar.
Julian menyebutkan, asuransi kerugian syariah memang akan mendapatkan dampak positif terlebih dahulu dibandingkan asuransi jiwa syariah. Hal itu karena sebagian besar proyek dibiayai sukuk adalah infrastrutktur. Menurut Julian, Bumida Syariah siap masuk dalam memberikan perlindungan risiko bagi berbagai proyek infrastruktur dibiayai sukuk. Bahkan, bila diperlukan, perusaan itu bisa meningkatkan modal divisi syariahnya.
Saat ini, modal Bumida Syariah tercatat sebesar Rp 10 miliar. Divisi itu memiliki kemampuan penutupan per risiko antara Rp 35 miliar hingga Rp 75 miliar.