Asuransi Syariah akan berkembang pesat di Barat
Asuransi syariah diprediksi bakal berkembang pesat di negara-negara Barat seperti AS, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya. Menurut General Manager Manajemen Keuangan dan Korporasi Solidarity Bahrain, Ashraf Bseisu, industri asuransi syariah akan terus berkembang pesat menembus pasar asuransi AS dan Eropa dalam delapan tahun ke depan. ''Kami sangat yakin industri asuransi syariah akan berkembang pesat di negara Barat, terutama di Eropa,'' katanya sebagaimana dilansir situs businessinsurance.com, Jumat (18/5).
Ashraf menyebutkan total premi asuransi syariah di dunia saat ini diestimasi berjumlah antara 1,7 hingga 2,3 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, sekitar 46 persen premi berada di pasar asuransi syariah Timur Tengah. Menurut Ashraf, berdasarkan pengkajian Solidarity, pada 2015, pasar asuransi syariah diprediksi meningkat beberapa kali lipat dibandingkan saat ini. Pada tahun tersebut, pasar asuransi syariah diprediksi meningkat menjadi antara 7,4 miliar hingga 14 miliar.Dari jumlah tersebut, sekitar 27 persen berada di Eropa dan AS.April lalu, Direktur Kantor Pemerintah Shaikh Hamdan bin Rashid Al Maktoum Dubai, Mirza Al Sayegh, menyebutkan bahwa beberapa pengamat ekonomi internasional memprediksi total premi asuransi syariah dunia akan mencapai 7 miliar dolar AS pada 2017. Sebabnya, industri asuransi syariah memiliki potensi pengembangan bisnis cukup signifikan.Karena itu, menurut Al Syaegh, Uni Emirat Arab (UEA) saat ini terus berupaya mengembangkan produk asuransi syariah inovatif dan menerbitkan regulasi kondusif bagi industri tersebut.
Tujuannya agar industri asuransi syariah terus berkembang pesat.Sementara itu, pemimpin Grup Asuransi Syariah Bank Al Jazira, Dawood Yousef Taylor, menyebutkan pesatnya pertumbuhan asuransi syariah di Timur Tengah didorong semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan produk tersebut. ''Kami melihat signifikannya pertumbuhan asuransi syariah di Timur Tengah sejalan dengan tingginya minat perusahaan memasuki bisnis ini, dan akhirnya mereka mengajukan izin untuk membuka syariah,'' katanya. Ashraf mengatakan hasil pengkajian
Solidarity juga menyebutkan pada 2015, Asia diprediksi menjadi tempat dengan produksi premi asuransi syariah terbesar di dunia. Meski sependapat dengan Ashraf, Senior Vice President Islamic International Rating Agency (IIRA), Jon McMullen, menyebutkan saat ini perkembangan asuransi syariah di dunia tetap akan menemui beberapa kendala. Kendala terbesar adalah minimnya produk investasi syariah yang tersedia. (aru )
Sumber : www.republika.co.id